Renungan Harian: 17 Maret 2021

Renungan Harian
Rabu, 17 Maret 2021

Bacaan I: Yes. 49: 8-15
Injil: Yoh. 5: 17-30

Puritan

Ketika saya membaca perikop dari Injil yang berisi konflik Yesus dengan orang farisi dengan mudah membawa saya untuk merenungkan sikap yang salah dalam diri orang farisi. Bahkan dengan mudah ikut menghakimi orang farisi sebagai orang yang keras kepala dan keras hati.
 
Saya mencoba membayangkan seandainya saya hidup pada zaman Yesus sebagai orang Yahudi dari golongan farisi. Tentu saya dididik dengan berbagai ajaran dan adat istiadat agama Yahudi sebagaimana hidup dan berkembang pada masa itu. Saya hidup dengan teologi dan paham keselamatan yang saya  terima dalam pendidikan sejak masa kecil sehingga saya menghidupi cara yang demikian.
 
Kemudian saya melihat seorang bernama Yesus yang tampil sebagai guru dan mengajar dimana-mana. Guru itu mengajarkan banyak hal baik dan melakukan banyak mujizat. Namun pada saat yang sama dia bertindak tidak seperti guru pada umumnya. Seringkali dia melanggar hukum sabat, dia bergaul dengan orang-orang najis dan yang paling aneh dia mengaku dirinya Putra Allah dan menyebut Allah sebagai bapanya. Padahal bagi kami menyebut nama Allah saja tidak berani, Allah begitu agung dan keramat. Dengan kenyataan seperti itu, kiranya saya akan menjadi bagian dari orang-orang yang ingin menyingkirkan Yesus. Karena orang ini berbahaya mengajarkan ajaran sesat.
 
Saya bertanya pada diri sendiri, adakah aku mampu melihat Yesus sebagai pembaharu, yang memperjuangkan martabat manusia, yang dengan ajaranNya membuat manusia menjadi bebas dari belenggu dan semakin dekat dengan Tuhan? Kiranya aku akan berpegang pada hukum dan ajaran yang berlaku sehingga Yesus layak untuk disingkirkan.
 
Saya teringat peristiwa beberapa tahun lalu, di Yogyakarta secara khusus ada “keributan” di antara para Imam karena “ulah” paroki Kota Baru yang menyelenggarakan misa orang muda dengan cara yang tidak biasa. Kalau tidak salah pada masa itu Rm. Widodo, SJ adalah pastor paroki. Paroki Kota Baru dengan “ulahnya” menyedot banyak umat dari paroki lain sehingga banyak umat tidak mengikuti misa di parokinya sendiri. Ada banyak pendapat yang mendasarkan pada hukum dan pandangan teologis liturgis untuk mengatakan apa yang terjadi di paroki Kota Baru sebagai sesuatu yang salah.
 
Maka pertanyaan yang muncul dalam diri saya adalah bagaimana saya bersikap ketika berhadapan dengan sesuatu yang berbeda dari apa yang saya yakini, apalagi sesuatu yang berbeda itu merugikan saya. Pergulatan terbesar adalah menemukan dasar dan “kaca mata” untuk melihat sesuatu yang berbeda itu.
 
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam injil Yohanes menunjukkan alasan orang-orang Yahudi untuk menyingkirkan Yesus: “Karena perkataan itu, orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh Yesus, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri, dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah.”
 
Bagaimana dengan aku? Adakah aku mampu untuk bersikap dengan jernih?
 
Iwan Roes RD.

Anda juga bisa membaca Renungan Harian melalui akun Instagram CLC Indonesia. Silakan kunjungi dan follow Instagram CLC Indonesia.