Renungan Harian: 3 Februari 2023

Renungan Harian
Jumat, 03 Februari 2022

Bacaan I: Ibr. 13: 1-8
Injil: Mrk. 6: 14-29

Prasangka

Sebuah perikop dalam injil Lukas, yaitu Lukas 15: 11-32 dimana dalam alkitab tertulis judul: “Perumpamaan Anak Yang Hilang” sering kali dimengerti bahwa isi perikop itu adalah tentang anak yang hilang. Hampir setiap kali perjumpaan dan bertemu dengan perikop itu kalau ditanya isi perikop itu maka jawaban yang muncul adalah anak yang hilang. Bahkan ketika diminta untuk membaca dengan teliti jawaban yang muncul tetap sama bahwa isi perikop itu tentang anak yang hilang. Padahal kalau dicermati dan dibaca dengan teliti maka isi perikop itu tentang Bapa yang baik.

Jawaban-jawaban itu muncul mungkin karena orang membaca judul sehingga menyimpulkan dengan cepat bahwa isi sama dengan judul; mungkin juga karena orang mendengar penjelasan-penjelasan teks itu lebih menekankan tentang anak yang hilang sehingga apa yang terekam adalah anak yang hilang. Apa yang didengar, apa yang dilihat dengan sepintas dan direkam menjadikan jawaban-jawaban berdasarkan apa yang direkamnya tidak penting apakah yang direkam itu benar atau salah.

Apa yang terjadi itu adalah sebuah prasangka. Orang belum sungguh-sungguh membaca dengan benar, mengerti dengan benar tetapi sudah membuat kesimpulan. Simpulan dibuat dengan cepat karena sudah ada rekaman yang dipunya dan rekaman itu menutupi kenyataan yang sesungguhnya dihadapi.

Dalam hubungan dengan sesama, prasangka menimbulkan salah paham yang berujung pada penilaian tentang sesama. Sayangnya prasangka yang muncul seringkali adalah prasangka yang kurang baik atau tidak baik akibatnya prasangka menimbulkan kesalahpahaman yang berujung pada ketidak serasian hubungan dengan sesama. Adanya prasangka menyebabkan kasih dengan sesama menjadi sulit terwujud karena prasangka itu dianggap sebagai kebenaran dan sulit untuk diubah.

Prasangka bisa dihilangkan manakala aku mampu membuka diri terhadap sesamaku dengan membiarkan sesamaku menunjukkan dirinya yang sesungguhnya. Salah bentuk keterbukaan diriku yang paling dasar adalah keberanianku untuk mendengarkan sesamaku sampai aku mengerti dan memahami apa yang disampaikan tanpa kesibukan berpikir. Dengan demikian aku bisa mengasihi sesamaku apabila aku mampu membuka diri untuk sesamaku. Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam surat Ibrani ajakan untuk mengasihi sesama dengan kerelaan untuk membuka diri pada sesama.

Iwan Roes RD.

Anda juga bisa membaca Renungan Harian melalui akun Instagram CLC Indonesia. Silakan kunjungi dan follow Instagram CLC Indonesia.