Renungan Harian: 18 Januari 2023

Renungan Harian
Rabu, 18 Januari 2023

Bacaan I: Ibr. 7:1-3,15-17
Injil: Mrk. 3:1-6

Kebenaran

Suatu malam setelah selesai dari sebuah kegiatan, saya dan beberapa teman pergi makan malam di Mall yang kami lewati. Tempat makan mall sudah ramai sedari kami datang. Setelah memilih makanan masing masing, kami makan bersama.

Baru saja kami makan ada dua orang pemuda yang menghampiri, dan menyapa salah satu rekan kami.

“Hai bu, apa kabar? Seneng banget ketemu disini” kata seorang diantara mereka dengan gembira

Akhirnya rekan kami ngobrol singkat dengan mereka.

Tidak terlalu lama, mereka lalu ambil foto bersama, dan pamit.

“Wih serem, penggemarnya banyak”saya menggoda

Kami tertawa dan teman saya bercerita
“Mereka tuh murid murid ku waktu aku masih guru BP. Lucu kalau diingat masa masa itu. Yang tinggi, dulu tuh ‘musuh bersama’ anak sekelas bahkan seangkatan. Pinternya nggak ketulungan, tapi anaknya pengaduan, semua hal dikritik dan diadukan, kompetitif tapi nggak siap kalo kalah. Dia tuh pengen dan butuh teman, tapi dengan gaya dia yang begitu, mana ada yang mau dekat.

Sampai sekali waktu aku ajak ngobrol, dan tegur. Mungkin yang dia lakukan dengan mengadukan teman yang nyontek saat itu tuh benar, tapi akan lebih baik bila dia bisa melakukan sesuatu untuk membantu temannya berubah dan dia jadi punya teman. Menjaga kebenaran itu baik, dan membuat orang jadi benar rasanya hanya bisa dengan kebaikan, bukan dengan keributan dan pertengkaran.

Besoknya, orang tuanya datang dan komplen, karena anaknya ditegur karena melakukan hal yang benar. Yah sempat ciut nyali aku, tapi syukurnya, saat dijelaskan bahwa maksud ku untuk kebaikan perkembangan sosial anak, dan bukan karena disalahkan karena mengadu, orang tuanya menjadi paham. Dan sedari itu jadi sering komunikasi untuk ngarahin si anak.

Perlahan dia berubah, mulai punya teman, dan ketika lulus lalu kuliah, aku pernah dengar dia jadi aktifis kampus yang baik.

Sekarang udah mau lulus kuliah deh anaknya” jelas teman kami dengan bersemangat

Saat kita memahami kebenaran, kita tetap perlu berhati-hati, karena dengan bisikan Roh Jahat yang ‘menyangatkan’ kita menjadikan ‘kebenaran’ sebagai Tuhan dan melupakan tujuan akhir, yaitu membawa kebenaran dalam kasih Tuhan.

Tuhan Yesus sedih dan marah, saat ‘kebenaran’ dipelintir, sebagai dasar untuk berbuat buruk dan tidak melakukan kasih.

Kemudian kata-Nya kepada mereka: “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.

Semoga kita dapat tetap jelas melihat kebenaran, dan tetap tidak menyimpang dari kasih. Kebenaran dalam kasih.

Tuhan ampuni kami orang berdosa ini.

Greg Tjai

Anda juga bisa membaca Renungan Harian melalui akun Instagram CLC Indonesia. Silakan kunjungi dan follow Instagram CLC Indonesia. 
Iklan