
Renungan Harian
Selasa, 17 Januari 2023
Bacaan I: Ibr. 6:10-20
Injil: Mrk. 2:23-28
Relawan
“Mas, ini tidak ke’gedean anggaran konsumsi dan ganti bensinnya? Sepertinya kemarin kesepakatannya relawan tidak dibayarkan?” tanya seorang rekan dalam rapat kegiatan suatu komunitas.
“Kebesaran yah? Saya cuma hitung dengan kesepakatan konsumsi kita, dikali jumlah relawan yang diminta tim Acara. Mereka tidak di gaji atau di honor kok, dan untuk uang makan serta ganti bensin saya anggarkan karena jam kerja panjang dan jarak lokasi kegiatan cukup jauh” jawab bendahara menjelaskan
” mereka’kan relawan, mereka sudah tahu kok resiko kegiatan ini dengan jarak yang jauh dan waktu yang panjang. Kan relawan”tandasnya lagi
“Eh, nggak gituh juga, justru karena mereka relawan, kita perlu perlakukan dengan baik dan hormat. Mereka tuh Relawan loh, bukan budak” sanggah yang lain tak kalah sengit.
Pembicaraan itu sontak menimbulkan diskusi dan perdebatan diantara panitia inti. Dengan dana yang terbatas, upaya pengiritan dilakukan dan pembuatan anggaran seketat mungkin menjadi prioritas. Itu sangat bisa dimengerti, tapi memperlakukan setiap orang yang terlibat dengan memberi tugas dan tanggung jawab tanpa ada upaya pemberian hak hak dasar seperti makan dan ganti transport rasanya juga tidak benar.
Diskusi lalu melebar ke pemahaman tentang relawan, dan apa yang perlu dan tidak untuk dilakukan dan diterima relawan.
“sudah, jangan lihat soal uang dulu, juga definisi yang rumit soal ini dan itu. Kita tanya diri sendiri dulu saja, tega atau tidak kita lihat, orang yang membantu kita, tidak makan dan kesusahan gara gara membantu kita? Atau tidak menjalankan tugas dengan baik, karena tidak bisa mencapai lokasi tepat waktu karena keterbatasan transport? Kegiatan sosial tanpa kepekaan sosial juga salah de”Seorang senior di komunitas menutup perdebatan soal Relawan dirapat itu.
Kadang kita dengan berbagai pemahaman dan pengetahuan membuat konstruksi sosial yang membakukan sesuatu. Lalu kita mulai membuat standar dan kelayakan sesuai dengan konstruksi sosial itu, bukan lagi dari realita dinamika manusia nya. Kita lalu memegang ‘yang biasa’ atau ‘aturannya’ , melebihi kondisi riil yang sedang terjadi, yang perlu direspon dengan tepat.
Jadi, relawan itu perlu dipenuhi tidak kebutuhan dasarnya selama membantu kita? Kami diajak untuk belajar peka dan menjawabnya dengan tidak hanya merujuk pada ‘aturan standar’, tapi juga mempertimbangkan kondisi riil yang terjadi.
Bacaan hari ini mengingatkan kita, bahwa aturan dan regulasi, tidak boleh meniadakan manusia yang menjadi subjek nya.
Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat
Kita diajak Tuhan, untuk selalu bisa memanusiakan manusia, diberbagai kondisi, dalam kasih Kristus.
Semoga kita bisa selalu Humanize, memanusiakan manusia.
Greg Tjai
Anda juga bisa membaca Renungan Harian melalui akun Instagram CLC Indonesia. Silakan kunjungi dan follow Instagram CLC Indonesia.