
Renungan Harian
Senin, 16 Januari 2023
Bacaan I: Ibr. 5:1-10
Injil: Mrk. 2:18-22
Perubahan
Suatu siang saya bertemu dengan seorang calon klient yang meminta untuk bertemu, terkait program pendampingan untuk perusahaannya. Perusahaan ini adalah perusahaan keluarga, yang berkembang dari usaha dagang, menjadi manufaktur / pabrik.
Dibagian awal dia memperkenalkan perusahaan dan apa yg terjadi didalamnya. Semua tampak luar biasa dan membuahkan hasil.
“Tapi sekarang zaman sudah berubah, tabiat pasar juga berubah. Kalau lembaga dan pegawai pegawai saya tidak disiapkan dengan zaman baru yang serba digital, bagaimana nantinya bisa bersaing?
Saya mulai khawatir karena rasanya perkembangan pemasaran sering tersandung oleh lambatnya proses adminstrasi dan keuangan pak.
Ada orang keuangan kami, yang mencatat masih manual dengan tulis tangan pak. Buat saya ini sudah jadi batas akhir. Harus ada perubahan”katanya berapi-api
“Ini sudah jadi pemahaman dan kesepakatan bersamakah? Artinya para direksi dan pemilik sekurangnya?”tanya saya
“Nah, itu pak. Saya minta tolong ke bapak dan teman teman itu maksudnya dimulai dengan memberi pemahaman soal yang saya bilang tadi ke orang tua dan kakak-kakak saya.
Mereka mau saya yang melanjutkan perusahaan, tapi mereka mau saya memakai budaya lama mereka yang sudah tidak bisa menjawab tantangan pasar saat ini. Saya babak belur jadinya. Belum lagi cara menangani karyawan. Karyawan tuh jadi membanding bandingkan saya dengan orang tua saya.
Ini upaya terakhir saya pak untuk meyakinkan mereka bahwa perubahan harus dilakukan, kalau tidak, lebih baik saya keluar dr perusahaan keluarga ini pak dan kerja di luar saja” katanya dengan nada putus asa.
Mengapa menjadi sangat sulit melakukan perubahan? Tentunya karena ada pola kebiasaan dan kenyamanan yang akan ganjil untuk diubah. Orang takut melihat dan memilih hal hal yang belum biasa dan baru. Itu membuat banyak usaha, dan melelahkan serta tidak bisa memberi jaminan 100% baik bagi pecinta kemapanan. Tapi bukankah perubahan zaman memang perlu dijawab dengan pendekatan yang berbeda agar kita dapat adaptif pada perubahan itu sendiri?
Dalam bacaan hari ini Yesus memberi beberapa perumpamaan agar kita semua paham, bahwa kita perlu hal hal baru untuk menjawab kebutuhan dan perubahan yang terjadi.
Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula
Perubahan dan adaptasi bukanlah hal mudah. Seperti Paus Yohanes XXIII, yang dengan kesadarannya membuka Konsilivatikan ke-2 yang membuka jendela gereja, agar Gereja Katolik dapat melihat keluar, dan yang diluar dapat melihat ke dalam. Jelas tidak mudah dan butuh upaya yang serius. Belum lagi dengan pro kontra yang mungkin terjadi dari tingkat individu sampai lembaga. Perubahan dilakukan, untuk menjawab kebutuhan Gereja, kebutuhan Umat, dan kebutuhan Dunia saat itu. Karenanya Konsili Vatikan ke-2 menjadi relevan.
Dapatkah kita berubah, untuk pelayanan dan kasih kita pada sesama? Mengubah prilaku buruk kita, atau sekurangnya menantang diri melakukan hal menjadi lebih baik, Atau setidaknya untuk menjadi diri kita yang lebih baik dari hari ke hari?
Perubahan baik apa yang akan kulakukan hari ini? Semoga kita selalu dikuatkan dan diberi keberanian untuk menanggapi perubahan zaman.
Greg Tjai
Anda juga bisa membaca Renungan Harian melalui akun Instagram CLC Indonesia. Silakan kunjungi dan follow Instagram CLC Indonesia.