Refleksi Sahabat CLC – “MENJALANI PERTOBATAN EKOLOGIS SECARA IGNASIAN”

Dalam merayakan Tahun Ignasian (20 Mei 2021 – 31 Juli 2022) dan juga sekaligus merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (Internasional) yaitu pada tanggal 5 Juni 2021, kami sajikan tulisan refleksi Sahabat CLC Rm Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ, M.Sc. atau Rm. Wir, SJ.

Rm. Wir SJ berkenan berbagi/ sharing refleksi tulisan yang menyangkut kedua hal di atas berjudul “Menjalani Pertobatan Ekologis Secara Ignasian”.

Selamat membaca dan berefleksi.

Ad Maiorem Dei Gloriam.


MENJALANI PERTOBATAN EKOLOGIS SECARA IGNASIAN

P. Wiryono Priyotamtama, SJ

Suatu hari seorang teman dosen mentraktir penulis untuk bisa menikmati bakmi kesukaannya : bakmi Jamur Vegan Vegetarian. Sambil menikmati bakmi, dia cerita tentang mengapa dia sejak lima tahun yang lalu memutuskan untuk menjalani pola makan kaum vegetarian. Ia sedang menjalani sebuah pertobatan ekologis. Bertobat dari kebiasaan makan dengan lauk serba daging, ke kebiasaan makan dengan lauk non daging. Demi menjaga kesehatan, demikian alasan yang disampaikan.

Kembali dari makan bakmi traktiran teman, penulis tergerak untuk ikut berpikir  tentang perlunya merawat kesehatan dirinya. “Demi menjaga kesehatanku mengapa aku tidak tertarik dengan pola makan vegetarian? Ah, bukan tidak tertarik tetapi tidak mungkin ! Sebagai seorang yesuit aku hanya bisa makan menurut apa yang disajikan oleh komunitasku di meja makan. Pertobatan ekologisku harus memilih cara lain!” Demikian gerak batin penulis memberikan pembenaran. Dasar pembenaran ini bisa kita kaitkan dengan faham Ignatius tentang siapakah kita ini sebagai manusia,  untuk apa manusia diciptakan, dan bagaimana cara hidup ekologis selayaknya selalu menjadi pilihan kita? Jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini bisa diperoleh dengan mengikuti pencerahan yang dihasilkan oleh gerak batin kita. .

Siapakah kita ini sebagai manusia? Pertama, kita ini makhluk ciptaan. Sebagai ciptaan,  kelangsungan hidup kita tergantung pada Sang Pencipta. Tergantung pada rencana ilahi yang ditetapkan untuk setiap barang atau makhluk hidup yang Ia ciptakan. Segala sesuatu yang tercipta memiliki nilai khusus di mata Sang Pencipta. Kedua, manusia sebagai ciptaan diberi keistimewaan yakni diciptakan menurut citra Sang Pencipta. Citra utama Sang Pencipta adalah penuh kasih. Manusia diciptakan dengan citra utama ini yakni mampu dikasihi dan mampu mengkasihi. Bahkan lebih jauh kemanusiaan kita sebenarnya merupakan sebuah ekosistem afektif Allah kita.  Relasi kita sebagai manusia dengan Sang Pencipta bisa sangat intim bahkan menyatu sebagaimana kita temukan dalam diri Yesus Kristus.

Untuk apa manusia diciptakan?  Latihan Rohani St. Ignatius mengatakan bahwa manusia diciptakan untuk memuji, menghormati, serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya. Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan. Pertanyaan yang perlu dilontarkan di sini adalah bagaimana kita memahami dan memperlakukan ciptaan-ciptaan lain agar benar-benar bisa menjadi penolong bagi kita? Dengan cara mengeksploitasi? Pasti tidak. Dengan cara apa? Di sinilah relevansi pertobatan ekologis  kita yakni untuk berubah dari cara eksploitatif  atau menguasai ke cara lain yakni merawat, melestarikan, dan memperlakukan ciptaan-ciptaan lain seperti Sang Pencipta memperlakukan. Manusia yang diciptakan menurut citra Sang Pencipta harus selalu belajar dari Sang Pencipta dalam memperlakukan segala sesuatu yang tercipta di muka bumi.

Bagaimana mengusahakan agar gerak batin kita selalu mengarah ke pilihan pertobatan ekologis? Pertama, yang dimaksudkan dengan gerak batin seperti diajarkan dalam Latihan Rohani St. Ignatius adalah gerak roh dalam kedalaman hati kita. Gerak roh ini bisa membawa keinginan atau hasrat, pikiran, dan perasaan  kita ke arah hal-hal baik atau hal-hal kurang baik atau jahat. Kedua, kita usahakan agar gerak batin kita selalu mengarah kepada kebaikan dan bukan kejahatan. Untuk ini kita bisa selalu melakukan pemeriksaan batin terkait ke arah mana hasrat, pikiran, dan perasaan kita digerakkan dan roh macam apa telah menggerakkan. Inilah yang dimaksudkan oleh Santo Ignatius Loyola sebagai pemeriksaan batin harian. Praktek pemeriksaan batin ini sangat membantu dalam usaha kita menjalani pertobatan ekologis yang arahnya selalu mengedepankan kebaikan-kebaikan bersama.

Apa saja yang bisa dimasukkan ke dalam kategori kebaikan-kebaikan bersama? Semua saja yang bisa kita kaitkan dengan pemeliharaan relasi afektif yang sehat  dengan diri kita sendiri, lingkungan, sesama, dan Allah yang masing-masing ataupun keseluruhan merupakan ekosistem afektif Allah sendiri.  Segala-sesuatu dipersatukan dalam ekosistem afektif Allah ini. Kitapun bisa menemukan Allah di dalam segala sesuatu. Di dalam pilihan temanku menjadi seorang vegetarian, aku bisa menemukan bagaimana Allah telah menggerakkan hatinya untuk memilih pola hidup yang terbaik bagi dirinya di usia menjelang 60 tahun. Dengan menjadi vegetarian kerja sistem pencernaan tubuhnya menjadi lebih ringan, gangguan obesitas menghilang, kolesterol menjadi normal, dan keluhan tekanan darah tinggi tak lagi terdengar. Pendek kata kesehatan tubuhnya menjadi lebih terpelihara. Hidupnya menjadi lebih ceria. Dalam refleksi kita bisa menyatakan bahwa dalam tubuh  yang sehat kita jumpai jiwa yang sehat. Relasi-relasi  afektif yang dibangun oleh jiwa yang sehat pastilah menciptakan pertumbuhan ekosistem tubuh, keluarga, komunitas, tempat kerja, masyarakat, dan Gereja yang sehat.

            Ada tiga rahmat yang bisa kita harapkan dari Tuhan lewat pertobatan ekologis kita seperti dinyatakan oleh Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si.  Ketiga rahmat tersebut adalah : 1) perdamaian diri kita dengan seluruh alam ciptaan (LS 218), 2) tumbuhnya semangat murah hati (LS 220), dan 3) terciptanya daya kreativitas dan antusiasme lebih besar dalam usaha memecahkan masalah-masalah dunia saat ini (LS 220). Tergerak hati penulis untuk selalu memohon rahmat-rahmat ini di saat-saat sedang menjalani pertobatan ekologisnya. Apa bentuk kongkritnya? Bisa disebutkan di sini : senam pagi 30 menit dengan gerakan-gerakan Taichi, jalan kaki 60 menit di sekitar rumah, menyelesaikan penyusunan buku ajar  mata kuliah lintas program studi Healing Earth  di Universitas Sanata Dharma, dan mendampingi masyarakat Dukuh Karang dalam proyek pembangunan Eco Camp Mangun Karsa di Pantai Grigak, Gunung Kidul. Inilah bentuk pertobatan ekologis yang dipilih penulis. Intensi pertobatan ekologis penulis adalah kombinasi antara kesehatan ekosistem afektif diri sendiri dan pembentukan  ekosistem afektif mahasiswa dan masyarakat yang sedang penulis dampingi saat ini.

                                                                              Girisonta, 30 Mei 2021

Mendampingi masyarakat Dukuh Karang dalam proyek pembangunan Eco Camp Mangun Karsa di Pantai Grigak, Gunung Kidul

Kelompok olah raga Taichi USD yang diikuti oleh Rm Wir

MENJADI SAHABAT CLC

Acara Awal Tahun Baru 2019 di Pastoran Paingan (Pradnya Laksita) Yogyakarta

Tentang Rm. Wir SJ (2020)

(sumber : https://books.google.co.id/books/about/Buku_Ajar_Pendekatan_Ilmiah_Lanjut.html?id=UWruDwAAQBAJ&redir_esc=y )

P. Wiryono Priyotamtama SJ, lahir di Madiun pada tanggal 8 September 1947. Mata pelajaran Biologi menjadi mata pelajaran paling disukai sejak menjadi siswa di SMP dan SMA Seminari Menengah Mertoyudan Magelang. Menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan berbagai kegiatan penelitian bidang Morfologi Tanaman dan Mikrobiologi, diantaranya praktek pengelolaan perkebunan di Perusahaan Perkebunan di Siluwok Sawangan Batang, dan penelitian lapangan di calon waduk Gadjah Mungkur, Wonorigi, pemukiman transmigran di Sitiung Sumatra Barat, dan Way Abung di Lampung, dan di tempat-tempat lain.

Gelar Educational Doctor (Ed.D) (1986) dari Oklahoma State University Stilwater, Oklahoma, USA, dalam bidang Pendidikan Pertanian. Sejak saat itu seluruh hidupnya diabdikan sebagai dosen di sejumlah perguruan tinggi yakni sebagai dosen tetap di Universitas Timor Timur di Dili, Universitas Katolik Soegijapranata di Semarang, dan Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta. Mata kuliah yang paling sering diampu adalah Metode Penelitian, Pendekatan Ilmiah Dasar, Pendekatan Ilmiah Lanjut, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Budidaya Taman dan Hewan, Botani Ekoomi, dan mata kuliah Ilmu Lingkungan yangdiberi nama Healing Earth.

Dosen luar biasa di Universitas Gadjah Mada sejak tahun 1986 sampai dengan Maret 2020. Sejumlah pengalaman pengabdian yang pernah dijalani antara lain: menjadi Rektor Universitas Timor Timur di Dili (1989-1993), Rektor Universitas Katolik Soegijapranatan di Semarang (1993-1996), Pimpinan Serikat Yesus Provinsi Indonesia di Semarang (1996- 2002), Direktur Kursus Pertanian “Taman Tani” di Salatiga (2003), Direktur Program Tersiat Serikat Yesus di Kandy, Srilanka (2004- 2005), Rektor Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta (2006-2014), dan Ketua APTIK (Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik) Indonesia dari tahun 2014 sampai dengan Maret 2020.

Beliau saat ini berdomisili di Jesuit Residence, Wisma Pradnya Laksita, Pedukuhan Paingan, Desa Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.

HIDUP DAN KARYA SEBAGAI JESUIT

  • TAHBISAN sebagai JESUIT
  • PERAYAAN 50 TAHUN BERZIARAH DALAM ORDO SERIKAT JESUS

Perayaan bersama anggota CLC di Yogyakarta : Minggu, 21 Januari 2018, Di Ruang Seminar LPPM – Kampus II USD, Mrican

Perayaan di Universitas Sanata Dharma (Ruang Koenjono, lt 4 Gedung Pusat, Kampus II) : 27 Januari 2018

  • PERUTUSAN MENJADI PROVINSIAL JESUIT (1996 – 2002)
Source :
  • https://www.hidupkatolik.com/2014/10/12/19197/menabur-benih-iman-di-tanah-suai.php
  • Setia melayani: Romo Dewanto saat ditahbiskan sebagai imam oleh Uskup Agung Semarang kala itu, Mgr Ignatius Suharyo, Rm Wir sebagai Provinsial dan Rm Paul Suparno SJ sbg Rektor Kolsani.

    • PERUTUSAN MENJADI PIMPINAN PERGURUAN TINGGI (Rektor) dan aneka jabatan pimpinan yang lain

    Rektor Universitas Timor Timur di Dili (1989-1993)

    Rektor Universitas Katolik Soegijapranatan di Semarang (1993-1996)

    Direktur Kursus Pertanian “Taman Tani” di Salatiga (2003)

    Direktur Program Tersiat Serikat Yesus di Kandy, Srilanka (2004- 2005)

    Rektor Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta (2006-2014)

    Ketua APTIK (Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik) Indonesia dari tahun 2014 sampai dengan Maret 2020.

    Fasilitator Program Tersiat Serikat Yesus di Giri Sonta (dari 2016 sampai dengan saat ini)

    Rektor Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta (2006-2014)

    Source : https://usd.ac.id/biro/personalia/daftar.php?id=berita&noid=74&offset=30

    https://www.viva.co.id/berita/politik/469383-jokowi-megawati-dan-pohon-beringin-yang-ditanam-soekarno?page=all&utm_medium=all-page

    • Ketua APTIK (Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik) Indonesia dari tahun 2014 sampai dengan Maret 2020

    Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) Indonesia menyelenggarakan 1st International Conference yang mengangkat  isu kemiskinan dan lingkungan yang dibuka pada Jumat (21/9) lalu di Auditorium Kampus 3 Gedung Bonaventura Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). 

    Hari Studi APTIK 2018 : Mengukuhkan Kebangsaan dalam Kebhinekaan, 10-12 Oktober 2018, Bertempat di Hotel IBIS, Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) gelar Hari Studi di kota Pontianak (11-12/10/ 2018). Untuk kegiatan ini, Yayasan Widya Dharma Pontianak dipercayakan menjadi tuan rumah. Tercatat 19 Yayasan Perguruan Tinggi Katolik yang menjadi anggota APTIK, didampingi oleh para Rektor Perguruan Tinggi anggota APTIK  hadir dalam Hari Studi kali ini. Total jumlah peserta 105 orang.

    Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) menyelenggarakan Kongres APTIK XXXVI tahun 2019 pada tanggal 8-9 Maret 2019. Pembukaan Kongres dilaksanakan pada Jumat, 08 Maret 2019 di Ballroom Hotel Harper Mangkubumi Yogyakarta. Acara dilanjutkan dengan sambutan Ketua Pengurus APTIK, Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ sekaligus menandai dibukanya Kongres APTIK.

    FASILITATOR TERTIAT JESUIT PROVINSI INDONESIA

    Tersiaris Provindo 2017 (belakang: Rm Seno, Rm Bambang, Rm Andalas, Rm Nico. Depan: Rm Yuniko, Rm Putranto, Rm Priyo, Rm Wiryono, Rm IJ (PHI) dan Rm Jason (PHI)

    Tersiaris Provindo 2019 (Rm Wiryono, Rm Priyo, Rm Fristian, Br Marsono, Rm Mario, Rm Eko, Rm Agam, Rm Ochang (KOR), Rm Putranto

    Source : https://jesuits.id/tertiat-provinsi-indonesia/

    BERSAMA KELUARGA JESUIT, dan lain-lain